Di Minggu 1, seperti biasa, bertugas di ruangan. Masing-masing koas dibagi mengikuti PPDS (residen) dengan konsulen yang bersangkutan. Hampir sama dengan ortopedi, kita bertanggung jawab atas pasien yang kita pegang masing-masing. Bedanya, kita tidak usah menjemput pasien dari KBE/COT/IGD. Namun, kita harus mengupdate pasien yang masuk supaya tidak "miss". Update-an tersebut kemudian diprint dalam bentuk denah dan diserahkan besok paginya. Pasien Bedah Saraf tidak hanya di lokasi bangsal bedah saraf saja, oleh karena itu, 1 RS harus dilakukan penjelahjahan (skrining) untuk memeriksa pasien yang termasuk dalam kategori "bedah saraf" ini. Bisa dibayangkan kan, betapa lelahnya malam-malam harus keliling RS.
Minggu 2 adalah stase IGD, COT dan Poliklinik. Di IGD, seperti ortopedi juga nih, 1x24 jam, bedanya, pasien yang dilakukan bedah darurat (misalnya: craniotomi evakuasi EDH) tidak dilakukan di KBE (kamar bedah emergensi), namun di COT. Sehingga tak ada cerita apapun, kita tetap ikut walaupun sudah tengah malam.
Bedah Saraf merupakan salah satu stase favoritku, walaupun melelahkan, namun banyak yang saya dapatkan disini. Memang sangat mantap departemen beserta staf-staf. Patut diakui kalau akreditasinya A. Dua jempol dehh! 😁😁
Jaga terakhir (muka ngantuk) di IGD dengan residen dr.Celia Wijaya, 14 Okt 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar